Tidak hanya pesta rakyat tapi ini menyangkut Aqidah.

Kemenangan pilpres akan di deklarasikan hari ini. Pilpres yang dikatakan media berjalan lancar, aman, dan baik-baik saja sejujurnya tidak kurasakan sendiri. Tetap saja aku resah bahkan hingga tiga hari berturut-turut mimpi buruk terus menghantui ku. Mimpi buruk tentang seorang yang tidak aku inginkan justru tinggal di istana Negara dan dengan ‘kesanggupan’ yang ‘katanya’ itu, memimpin negri ku tercinta. Jujur aku pun memang belum memberikan kontribusi besar pada Negara ini, aku belum ikut andil dalam perdamaian dan kesejahteraan negri ini. Tapi kini ketika aku mulai mengenal peran mahasiswa dan mulai memahami Negara ini mulai mau ‘melihat’ inilah realita dalam Negara ini, beginilah politik ekonomi kebudayaan Negara ini, mulai semua nya ini.. mulai tumbuh peduli pada keadaan Negara ini karena posisi ku sebagai seorang mahasiswa yang punya peran besar dalam Negara ini, mahasiswa yang dibiayai Negara dan terketuk untuk membuka mata akan Negara ini.. aku baru sadar. Inilah Negara dimana mayoritas justru dilemahkan, disinilah aku merasa benar-benar sakit untuk mengakui ini Negara ‘mayoritas’. Karena nyatanya sistem pemerintahan Negara ini tidak mencerminkan keimanannya. 
Guru ku pernah menasihati, “kau boleh menjadi apapun yang kau mau, dokter, insiyur, pedagang, direktur apapun profesi masa depan mu, kau harus tetap menaruh Islam adalah yang utama bagi mu. Artinya segala kegiatan didasarkan atas keimanan, predikat islam dan harus menunjukkan ‘ke-islamannya’. Anna muslim qobla kulli syai-n”. Beberapa dari mereka yang tak paham akan hal ini menganggap “ini radikal!!!” itu radikal!!” jangan berlebihan! Kita hidup di Negara multikultur, kita harus toleransi!! Lalalalaa..  dan menurut ku inilah yang disebut Anomie itu. Padahal inilah yang namanya “STATUS” right? Kenapa sebagai muslim justru tidak menunjukkan itu toh? Bukannya berada di suatu posisi kau harus memantaskan diri ? begitupun dalam hal ini bukan? Ketika berbagai budaya dan ideologi berdatangan merasuki mereka dan mereka yang bodoh itu tidak memiliki ideologi yg teguh dan kurang wawasan akan menerima bahwa “iya… itu radikal…” iyaa kita harus toleransi… apakah arti toleransi sebenarnya menurut mereka? Toleransi bukan berarti jutru kita ikut dan akhirnya melemahkan satu pihak bukan? Dan bodohnya orang yang ngomong-ngomng ‘toleransi’ juga berasal dr kaum mayoritas, mayoritas liberal. Jadi melemahkan agama kalian sendiri dengan menghormati-mengikuti maunya agama lain. Islam adalah agama kelembutan tapi bukan berarti diam terhadap kemungkaran dan kedzaliman (habib rizieq 2014). Sudah jelas kami sebagai kaum mayoritas sudah menjalankan toleransi itu, dengan tidak mengganggu peribadatan mereka, mengizinkan mereka damai dalam ibadatnya Namun ketika si mayoliberal itu mengatakan “toleransi” justru dengan ikut bergaya berkehidupan ala kafir, lalai ibadah agama nya sendiri, hingga memasuki budaya mereka dalam sistem pemerintahan dimana justru akan mengucilkan agama mayoritas itu sendiri, how stupid. Mereka simino justru bertepuk tangan, mereka tidak akan pernah merasa bersalah karena itulah misi mereka sebagai missionaris, tapi jika mereka memegang kedudukan itu mereka akan cenderung menjatuhkan kaum maayo di Negaranya sendiri. Mereka tidak sadar bahwa kemerdekaan Negara ini juga karena peran besar para ulama… mereka tidak sadar bahwa ideology mereka sedang dirasuki oleh kaum liberal kapitalis. Dan itu semua di tumbuhkan di dunia kampus, begitulah bahaya nya kehidupan kampus. Begitulah bahayanya miskin wawasan. Distorsi budaya, distorsi ideology. Sedih.. ironi sekali.
1965, apa yang mereka ketahui tentang 1965? Aku.. aku sendiri tidak ada pada zaman itu. Aku sendiri belum lahir, bahkan orang tua ku baru lahir. Aku sendiri hanya sebagai anak ‘masa datang’ dari zaman itu, aku adalah si pendengar cerita dari sejarah masa itu. Pendengar... tapi juga akan bertindak dan ikut berperang dengan cara ku sendiri. Syukur aku dipertemukan, dikenalkan oleh Allah guru mursyid yang sangat mebuka pikiranku akan hal ini. Bahkan di buku sejarah-sejarah kurikulum sekolah saja tidak ada tentang PKI bukan? Mana ada yg kenal betul dengan gerakan PKI. Kalau bukan mereka yang hidup sebelum zaman itu dan ikut berjuang di kala itu. Bahkan mereka yang lahir di tahun setelah itu (anak 70 80 an) tidak akan memahami betul kongkrit nya kebiadapan PKI pada Negara ini kalau bukan mendengar dari orang yang benar. Sejarahwan setelah masa itu mungkin tau, tapi litartur mereka tidak empiris seandainya pun mereka publikasikan akan banyak yang menghujatnya karena dikira ‘sotau’. Tapi.. ketika aku diceritakan langsung  oleh seorang yang hidup bersama mereka si biadap dari kecilnya dari pegerakan sembunyinya hingga besar, hingga timbullah G30S, hingga sempat di lemahkan(belum sempat dimusnahkan) hingga tumbuh lagi dan hingga duduk di mpr dpr kala ini. Begitu jahatnya –lagilagi- Amerika yang mengatur semua pergerakan kejahatan ini di Negri tercinta. Inginnya mereka agar Indonesia tidak hebat, inginnya mereka Indonesia tidak jaya dan tidak menyaingi mereka (istilah sederhana nya) sehingga mereka tak mau Indonesia “Merdeka” dengan kaum mayo yang benar-benar Bersatu karena akan sulit digerakkan,  mereka tak mau Indonesia di pimpin oleh kepala Negara yang tegas dan mampu membangkitkan aroma persatuan islam, karena mereka takut pemimpin yg seperti itu akan sulit dikendalikan mereka dan membongkar kejahatan Amerika.

Wallahualam..

Selasa, 22 Juli 2014 By: Maghfirani

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Studi di Thailand part 2 : Pembuatan SKCK

Mengapa stainless steel dan aluminium tidak mudah berkarat?

Studi di Thailand : Persiapan Keberangkatan Part 1