Sakit itu Reminder Paling Jitu



Lagi lagi cerita berkesan ini didapat pas lagi koasda. Thanks Coas-Lyfe, it’s really opening up my mind and worth of life learning :) 

Waktu jaman koas, sebagai calon dokter hewan kita dikenalin dengan berbagai tempat yang akan berkaitan dengan kerjaan kita kelak. Kita ngerasain semua hal dulu sampek kita bisa menilai dan evaluasi sendiri “kira kira cocok gak nih dengan kerjaan kayak gini?” Salah satu stase  yang harus dilalui adalah menjadi dokter hewan karantina. Pekerjaan mulia yang tentunya juga mengabdi kepada Negara sebagai first line defense people terhadap kemungkinan penyakit-penyakit dari hewan yang dilalulintaskan. Keren gak tuh? Kerjanya 24 jam. Kalau katanya image ASN bermental “teng-Go” alias kalau jam 16 teng langsung GO pulang, maka image kalian akan itu harus dihapus kalau kerja di perkarantinaan ini *applause*

Stase ini bisa dibilang adalah klimaks dari rasa rasa sakit yang selama ini dipendam. Ibaratnya selama perjalanan koas, once you met “pusing, pilek, masuk angin” dikit. Hajar! Say no to Leyeh Leyeh. Tapi ternyata di sinilah Allah menegurku begitu dalam. Penuh drama dan haru.

(Rasanya kalau inget inget momen iniii….. Sambil nulis dan terlempar balik akan saat itu, aku menjadi semakin sayang Allah dan bersyukur masih diberi kesempatan hidup tentunya)

Kelompok karantina ku ada 3 orang ciwi ciwi, masi sama kayak di Lembang.. Astrid, Rahma, dan me myself. Kami dapet lokasi yang gajauh ko kalau di peta, yaa masih di Jawa Barat, yaitu Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon. Iya kalau di peta gajauh, tapi gaes…. Entah ini cuman perasaanku atau bukan, trasnportasi menuju lokasi berasa jauhhhhhhh banget.. ujung barat pulau Jawa berasa lebih lama daripada ke lampung yang tinggal naik damri dan menyebrangi laut pakai kapal feri.. Pilihan transportasi ga banyak. Sekalinya ada dibatasi. Lokasi mess di pinggir jalan pantura, depannya dikit udah selat sunda. First impression impressived n worried at the same time, fyi.. our schedule being there was just right after tsunami December 22, 2018, traumatic alert was just hit us.

Hari 0 pas keberangkatan udah ada drama. Ngejar ngejar bis arimbi terakhiirrrrr jam 16.00 di terminal baranang siang. Hari itu minggu sore dan hujan deras. Kalau ga dikejar dan kita memasrahkan diri khawatirnya bakal tengah malem nyampe daerah rawan pantura. Plus harus ngeteng bis ke terminal Kp. Rambutan. Hemmm no no noo bad choices. Untungya masih kekejar. Hari sabtu nya itu, kami baru balik dari stase sapi perah lembang. Senin udah mulai aktivitas. Jadi yaaa memang gada waktu lagi untuk GO! KEJAR BIS! HEHEHE.
Nah begitu sampai disana…. Jam 22.00 malam, macet banget dan seringkali bisnya ngetem. Prediksi sampai awalnya jam 21, meleset sejam. Gelap gulita menyeramkan angin laut kenceng, humid banget, panas begitu turun bis. Untungnya, salah satu Dokter disana mau menjemput kami di Indomaret Pertigaan Peni namanya. Ditambah lagi, atensi bapak Dokter yang baik hati melihat kami kayak lelah dan kelaparan, akhirnya dibelikan nasi goreng dan minum sebelum diantar ke mess………………… Hua ternyata di hari pertama, kami baru sadar Dokter tersebut adalah Kepala Seksi Karantina Hewan :)))))) jd sungkan begitu tau siapa dia wkwkwk. Bak ratu kali kamiiii, belum apa apa udh ngrepotin. Tp yowes dah terjadi makasii Bapakk!
Hari pertama mulai aktivitas seperti biasa, perkenalan, penerimaan kami sebagai mahasiswa Koas, dan penyampaian jadwal kegiatan selama 2 minggu. Mulai berjalan 3 hari, aku masih gapapa. Kesehatan ku masih tampak baik. Begitu sampai di hari ke-4. Mulai mual, lesu, inginnya berbaring aja, pusing sangat. Saat itu aku masih ikut kegiatan, tapi gafokus. Udah gakuat untuk duduk dan mendengarkan materi. Nyium berbagai bau makanan ingin muntah aja bawaannya. ZZZZ Gak ingin banget repotin orang,, Gak inginnn. Dan Gasuka harus repotin orang. Hari selanjutnya, masih ikut kegiatan tapi sampai pada titik penglihatan ku memburam. Aku emang pakai kacamata dan bermata minus. Tapi saat itu udah pakai kacamata masih berbayang bayang udah kayak vertigo. Akhirnya  aku diizinkan berbaring di kamar inap yang biasa dipakai untuk staff yang shift malam. Setelah selesai jam kegiatan, hari itu ada salah satu staff paramedik disana yang baik hati dan ingin mengantar ku berobat. Astrid dan Rahma ikut, mereka khawatir. Sementara diantar ke klinik 24 jam dan dibeliin bubur ayam serta pisang biar ada makanan yang masuk. Tapi pemeriksaannya tidak memuaskan. Hanya dibilang masuk angin padahal yang kurasakan lebih dari ituuuu. HFFT oke baik. Aku tetap nurut minum obat dan mengikuti sarannya. Makan makan makan dan makan. Aku makan. Tapi tubuh yang menolak. Perutku yang gamau sampai smuanya dimuntahin. Kenapa ya? :( Sedih dan desperate banget saat itu. Setiap malam yang dirasa kedinginan tapi engap dan sesekali keringetan, padahal Astrid dan Rahma kepanasan. Udah pakai AC tapi dinginnya gaenak. Angin laut dan lembap perpaduannya gaenak banget dirasanya. Dan sampai di hari sabtu akhirnya aku tidak diizinkan ikut jaga malam. Agak sedih niih di saat itu, gabisa mengikuti euphoria cek hewan malem malem :(

Lucky me again. Ini kebetulan juga, untung ada salah satu saudara ku tinggal di Cilegon. Tidak jauh dari lokasi kantor karantina. Hari minggu aku di jemput untuk tinggal dan dirawat di rumah saudara. Ini momen yang harus ku ingat. Tanpa mereka mungkin aku bisa gagal melewati stase ini, harus mengulang atau membuat tugas tambahan, bahkan dipulangkan ke Bogor. Image nya, dirawat di rumah ituuu able to get quicker healed.

Ketika dijemput saudara, dibawa ke RS daerah dan taratttt ketika di cek darah… benar saja lagi lagi widal ku (+) alias tipes ku kambuh saudara saudara ditambah trombosit sangat rendah sampai setiap malam seluruh kulit bintik bintik dan memerah kayak direbus. Demam tinggi dan tiap malem muntah. Perut rasanya sakiiiittttt banget sakit. Tiduran harus nikuk. I am totally bed rest. Ini terparah setelah 2 kali pernah gejala tipes sebelumnya. Tapii yaa suka atau tidak, harus diatasi semua dengan Positive Thinking! Biar mindset sehat itu bekerja penuh melawan rasa sakit yg sesungguhnya. Ku banyakin minum minum dan minum. Vermin yang ekstrak cacing itu ku habisin 2 botol dalam 1 minggu. Madu dan sarikurma masuk terus. Sampai akhirnya Bakso bisa masuk dan ga di muntahin (HEHEHHE)

Suatu hari ketika sedang bed rest, tanpa ku tau ternyata ada yang datang menjemput. Udah kayak di mimpi setengah sadar. Lagi-lagi orang yang paling aku sayang dan cintai, selalu buat kejutan, selalu totalitas kalau untuk anaknya. Ayah datang memberi energi positifnya, ngajak ngobrol tapi gak ku jawab karena buka mulut aja lemes banget, cuman dibales anggukan atau gelengan atau isyarat isyarat tangan yang menggantikan jawaban suara. Ayah sedih kelihatan banget. Kaget lihat putrinya berbaring lemes, padahal biasanya sok kuat. Sama ekspresinya kayak waktu melihat aku shock abis kecelakaan jatuh dari motor. Khawatir. 

Abis diajak ngobrol panjang, sampai tiba saatnya ayah harus kembali ke Bogor, ayah cuman meluk aku dengan erat dan bisikin “jangan terlalu banyak pikiran Nak. Ayah sayang kaka”………. HUAAAAA seketika ku meneteskan air mata dan terbangkit semangatnya secara otomatis. Ayah selalu berhasil membuat putrinya seakan dimanja, padahal ayah ga gitu. Keras banget. Sama batu nya dan gamau kalah. Tapi dibalik seramnya ayah, aslinya ayah gagitu :') ayah bisa melankolis juga..

Bahasa cinta ayah selalu seperti ini. Melayani sepenuh hati. Dimanapun anaknya, ayah pasti bela-belain datang. Mungkin ayah bukan tipe sugar daddy yg selalu berlimpah materinya. Bukan. Tapi ayah selalu berjuang penuh, meluangkan waktu nya, menyalurkan energi positif nya, dan mengerti kebutuhan anaknya. Waktu bagi ayah lebih berharga.

Take home lesson dari kejadian ku kemarin itu adalah aku sangat bersyukur dititipkan Allah kepada ayah yang sangat perhatian dan bertanggung jawab. Membesarkanku dengan penuh cinta dan kasih. Aku bersyukur masih diberi rahmat oleh Allah melalui rasa sakit hingga aku menyadari sebuah pemikiran bahwa setiap kita ingin bertambah umur ingatlah bahwa jatah hidupmu semakin berkurang dan itu yang juga membuatku ingin rasanya terus bisa baik di sisa umur, bisa berbakit kepada ayah mamah. Fyi setiap ku sakit parah, adalah ketika aku mau ulang tahun. Dan kejadian ini berdekatan dengan hari ulang tahun ku.  Aku lagi lagi dipertemukan dengan orang baik yang memberi dukungan, aku harus menyadari bahwa lingkunganku sehat, dan aku harus bisa memberi dampak kepada lingkunganku juga dengan sehat. Tim yang peduli, keluarga yang merawat, seluruh staff karantina yang turut serta mau direpotkan dan mmberikan atensinya. Terakhir, mungkin aku harus lebih peka dan lebih sayang kepada diriku sendiri :)

Terima kasih keadaan, telah menyadarkanku. I Love you Ayah :’)

Sekian






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Studi di Thailand part 2 : Pembuatan SKCK

Mengapa stainless steel dan aluminium tidak mudah berkarat?

Studi di Thailand : Persiapan Keberangkatan Part 1