Tua itu Pasti, Dewasa itu Pilihan

Tua itu pasti, dewasa itu pilihan (Gayatri Wailisa - Pemudi Inspiratif Indonesia)

Semakin terpapar problema hidup, hati, dan pikiran. Semakin enjoy dan kuat mental di kemudian. Bahagia itu bersyukur. Sesederhana dengan saling menghargai :)
"The more you perform an action, the less willpower will be required to perform it again" (by Rani- 20th, di warung Udon hehe)

5 Juli 2017
Detik itu, saya tersontak mati rasa. Dan cepat menyimpulkan bahwa saya semakin tak ingin lagi rasanya berprasangka. Benar saja, apa yg sempat saya pikirkan menjadi kenyataan. Masalahnya sederhana, saya kecewa dengan diri saya sendiri, saya belum dewasa menerima kenyataan kalau saya gagal, saya belum dewasa untuk bersikap ikhlas dan legowo.

Lantas, sendiri itu menjadi pilihan terbaik menurut saya kala itu. Meskipun saya tidak suka sendiri. Bercerita selalu lebih asik dan menyenangkan. Tapi saya menyadari satu hal ketika saya memasuki kepala 2 ini. Saya jadi lebih selektif dan hati-hati kepada orang lain, saya melihat beberapa perubahan pada diri saya. Tidak seperti sebelumnya yang bisa dengan cepatnya berbagi cerita ke orang lain, membagi kesenangan di sosial media, cerita ke ayah mamah- intinya bahagia. Sekarang, saya harus berfikir 2 kali kalau mau cerita ke ayah mamah, rasanya mereka sudah terlalu tua dibebankan dengan cerita suka duka anak 20 tahun. Sekarang saya harus 2 kali berfikir kalau mau cerita ke kakak, tidak selalu tepat dengan waktu longgarnya. Disitulah saya benar-benar memahami makna rindu dengan orang yg selama ini saya lupa bahwa dia selalu ada dulu ketika saya butuh, Kak Aulia. Saya bukan anak rantauan tapi saya harus memposisikan seperti itu. Harus survive dari pemikiran pemikiran tidak baik. Saya harus lulus dan naik kelas dengan apa yang saya hadapi.

Mungkin kalau ga gini, saya ga naik kelas?
Seolah diajak berfikir kalau selama ini saya terlalu sering diberi yg enak-enak dan lupa untuk bersyukur. Seolah diajak berfikir kalau selama ini saya lupa bahwa roda itu berputar. Mungkin ini tamparan dan pelajaran untuk sikap tidak baik saya yg (mungkin) secara tidak sadar dulu dulu pernah saya perbuat. saya tidak tau. saya tidak punya kuasa. saya hanya menjalankan peran.
Saya juga tidak tau rencana yg sedang Allah simpan. saya harus memaknai lebih dalam Al-Baqoroh-216. and it just happened.

Saya selalu mencari-cari jalan pikir positif untuk menenangkan pikiran. Bahwa kesal dan kecewa itu tidak baik. Saat ini saya belum paham dengan formula dan metode yg tepat untuk menenangkan pikiran dan berdamai dengan keadaan selain diam dan sendiri. Seakan udah resisten dengan coklat dan eskrim. Apa prekursor untuk release endorfinnya udah abis? saya gapaham.

Sebenarnya dengan tenang, diam, dan sendiri tidak menjadikan masalah itu hilang. Nyatanya kejadiannya sudah terjadi dan pasti selalu teringat. Adapun ketika mencari kumpulan pertemanan dan komunitas, saya rasa itu hanya sebagai pelampiasan energi untuk segera mengalihkan jalan pikir. Keduanya sama sama baik untuk di kombinasikan menurut saya. Tapi saya hanya berharap ketika sendiri itu saya bisa merenung dengan kepala dingin apa yg sebenernya saya inginkan, dan ini menjadi pilihan maslahat karena menjadikan saya lebih dewasa untuk berfikir. Ketika suatu saat terpapar dengan hal serupa, saya bisa lebih legowo. Semoga di lain waktu saya bisa lebih ikhlas atas segala pencapaian saya. semoga di lain waktu saya bisa lebih enjoy apabila menghadapi masalah serupa. semoga ini memang yang Allah ridhoi.

:)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Studi di Thailand part 2 : Pembuatan SKCK

Mengapa stainless steel dan aluminium tidak mudah berkarat?

Studi di Thailand : Persiapan Keberangkatan Part 1