Maaf

Hanya sebuah monolog hati
Sebuah kata yang mungkin sebagian orang akan jengkel jika seseorang terus-terusan hanya mengakhiri pertikaiannya dengan kata ini. Apakah sebagian orang diantaranya itu aku? jangan, aku harap bukan! 
Aku sadar aku bukanlah seseorang yang hebat yang pandai yang cerdik yang segalanya dalam melakukan suatu hal, aku sadar aku tidak pandai dalam merangkai kata-kata, tak sepandai para sastrawan.
Aku bisa saja dengan mudahnya menyakiti perasaan orang disaat aku benar-benar kesal, dan aku gak peduli. 
Disitulah aku sadar terkadang aku egois! Maaf....
Cobalah, kalau kau merenungi semua hal yang salah dalam hidupmu, kau tidak akan kuat menampung air mata. Tak seperti yang aku rasakan sekarang mungkin, dan aku tau setiap orang itu pasti berbeda, yak beda opini, beda pandangan, perasaan dan penilaian. 
Terimakasih kawan, aku mulai mencerna masukan itu dan membuatnya menjadi hal positif, aku hanya berharap kritikan kalian ini adalah sebuah motivator juga hal yang dapat membuatku introspeksi diri. Sekarang aku hanya mencoba menghindar, menghindar dari orang-orang yang aku percaya mereka itu sedang menikam dari belakang. Hanya menghindar tidak membalas. 
Maaf ini untuk siapapun yang merasa pernah disakiti atau sering disakiti hatinya oleh rani..... Maaf ini sebenarnya dikhususin untuk mamah, ayah.. Maaf, diumur yang hampir menginjak 15 ini, rani belum bisa memberi yang terbaik, rani belum bisa mandiri, nyatanya rani udah SMA tapi rani belum bisa buktiin kalo rani anak yang dewasa, rani belum bisa jadi pemimpin yang adil pemimpin yang bijaksana, masih jauh dari harapan... Apa yang bisa dibanggain? masuk aksel? justru itulah yang membuat rani harus semakin tawadhu dan malu, bahwa kelas aksel tapi lihat lah kemampuan yang ada, lihatlah qur'an udah khatam berapa kali? udah hapal berapa surat? udah bisa baca kitab apa? malu jadi anak inka-aksel tapi yang bisa dikerjain hanya kesibukan sama tugas kimia, fisika, biologi, matematika, bukannya makin sadar! tapi malah semakin besar kepala, sok merasa materinya lebih dulu, lulusnya lebih dulu! Malu! maluuu! 
Ayah, maaaaf... bukan berarti kata maaf ini menandakan rani cengeng rani pecundang, tapi rani akan berusaha untuk selalu bisa memberi yang terbaik dan mempertahankan semangat ini, semangat hidup dan mengerti hidup. semua juga atas bentak-bentak ayah tiap pagi nyuruh rani berangkat pagi, omelan ayah tiap hari nyuruh rani belajar yang bener, semua itu  karena didikan ayah yang bisa dibilang cukup keras ini rani mau terus semangat dan bertahan! doain rani terus, biar rani jadi anak yang sholehah dan gak ngecewain...
Maaf, untuk teman-teman atas sindiran atau komentar rani yang pedes atau terkadang nyelekit... mohon maklum aja, semoga ada atau engganya kesalahan itu semuanya mau nerima maaf ini dengan ikhlas. terimakasih :')

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Studi di Thailand part 2 : Pembuatan SKCK

Mengapa stainless steel dan aluminium tidak mudah berkarat?

Studi di Thailand : Persiapan Keberangkatan Part 1